Serenade Oktober


Rintik hujan turun

Mengisi retak-retak tanah

Menguarkan harumnya petrikor

Membelai jalur pernafasan


Rintik menelusup masuk, menemukan bibit yang terkubur, membelai lembut dan menumbuhkannya.

Dedaunan hijau muncul, berfotosintesis, bertumbuhkembang

Kembang muncul, dari kuncup lalu bermekaran

Harumnya berpadu mesra dengan petrikor


Purnama mengisi, menyinari kembang-kembang

Sinar yang semakin mewangikannya, melebarkan lengkung kembangnya

Hati damai, sudah tak ada gejolak

Hanya vibrasi yang semakin memancar, dipancarkan


Oktober laksana pohon, tempat berteduh

Menjelma rumah, di mana jiwa kembali setelah jauh berperjalanan

Rumah yang bukan hanya rumah

Hingga ketika rumahnya dilenyapkan, selaksa rasanya tetap ada


Semesta tersenyum mesra

Pada jiwa-jiwa yang dipertemukan, dibersamakan, diikatkan, lalu dipisahkan

Desir bayu menitipkan sebaris kesan

"Berpendarlah untuk  menumbuhkembangkan" 


Pada kembang-kembang yang kian berkembang

Yang semula kuncup sebab kekurangbisaan menerima

Setelah banyak waktu mengkaji, akhirnya hadir

Penerimaan yang langsung mengembangkannya, wangi menguar, menerobos sekat-sekat, memenuhi relung-relung

Semesta kembali tersenyum mesra

Yang ditunggu telah hadir walau kehadirannya belum purna


Anggara kasih yang diberkahi menjadi perantara, moga semakin memahamkan

Bahwa kasih selalu ada dan melingkupi

Bahwa cinta tetap ada dan menyemesta

Sudah tak lagi bersekat ataupun berbatas

Batasnya tak ada batas



Berkah untuk semesta alam

Dalam damai

Dalam hening

Dalam keridhoan


Oktober purna, sepurna kembangnya kembang...


Dalam keberkahan, 20 Oktober 2020.




Komentar

  1. klo nulis pake kata-kata begini ini gimana ya mba? koq saya susah ya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rumusnya : bisa karena terbiasa, Kang. Jadi, mulai aja dulu trus dibiasakan, lama-kelamaan jadi bisa. atau langsung bisa karena pengalamannya dan feelnya dapet :D

      Hapus

Posting Komentar