Pekerjaan di pabrik yang terkenal bercuaca panas ini, sebenarnya sudah dijadwalkan sejak awal tahun. Namun karena satu dan lain hal, pelaksanaannya terus mengalami kemunduran. Bahkan rencana fix di minggu terakhir Maret itu, nyatanya mundur ke April. Bahkan, pelaksanaannya malah di hari kedua Ramadhan.
Baru melewati
satu hari Ramadhan, kondisi tubuh belum bisa beradaptasi. Bukan atas ketiadaan
asupan makanan, namun terhadap cuaca panas yang semakin jelas terasa di saat
sedang berpuasa. Apalagi ada acara naik-naik ke tangki. Lengkap sudah.
Keluar dari
mobil, hawa panas menyapa, lengkap dengan kadar kelembaban yang tinggi. Untuk menuju
area tangkinya saja harus naik tangga, yang secara ukuran, tentunya tidak
sesuai dengan standarnya para arsitek :D :D
Cuaca cerah ceria |
Baru mendaki
tangganya saja, keringat menderas. Mendaki sambil berafirmasi menguatkan diri,
itu yang dilakukan. Tentunya pandangan mata terus diarahkan ke badan tangki. Tidak
diperkenankan melihat ke bawah, yang bisa sangat cepat menciutkan nyali.
Setelah sekian
puluh menit berada di atas tangki, setelah menyelesaikan semua pekerjaannya,
tentu saja langsung turun. Turun dengan pelan-pelan, sambil mengaitkan hook
harness ke railing. Laju nafas tetap dijaga, agar tetap stabil, pun begitu juga
dengan nyali.
Puji Gusti,
sampai di bagian bawah dengan selamat. Selagi sedang mengatur laju nafas, sesebapak
tour guide datang membawa beberapa orang. Dengan wajah tanpa rasa
bersalah, beliau bilang, “Bu, salah tangki.” Karena jarak yang terjeda di
antara kami lumayan jauh, sekian meter, maka saya pun memperpendek jarak, agar
tak salah dengar. Setelah jaraknya dekat, ketika saya akan bertanya, malah diberi
pernyataan keterkejutan dari seseorang yang baru kali ini terlihat, “Eh beneran
cewek ya? Saya kira cowok.” Saya diam, mengatur nafas. “Lagi puasa gak mbak?”
tanyanya. “Kalau lagi gak puasa, emang mau disediain makan pak?” Beliau diam.
“Sini duduk
dulu mbak, istirahat,” ajak yang lain. Saya langsung duduk selonjor di bawah
tangki. Panas sih, tapi memang gak ada tempat berteduh. Lalu dijelaskanlah
tentang kenyataannya, tentang kekeliruan yang terjadi. Pada setiap kejadian,
selalu punya dua pilihan : menerima dengan jiwa yang lapang, atau menolaknya
dengan kemarahan. Penerimaan membuka jalan untuk mengetahui rahasia di
baliknya, sedangkan penolakan yang disertai kemarahan akan membuat raga lelah dan
jiwa letih. Dalam hati membatin, “momentumnya orang yang berpuasa”. Kasusnya ditutup.
Kerjaan kembali dilanjutkan, di tempat yang berbeda.
Keesokan
harinya, meneruskan pekerjaan yang belum selesai. Ganti tour guide. Rapat
singkat diadakan, berisi penjelasan yang lagi-lagi isinya membuat shock.
Ternyata sebagian dari tangki yang dikerjakan kemarin, salah. Kemarin bilang, jangan
sampai ada kasus salah tangki jilid 2, eh malah kejadian. Kasus pertama karena keliru
letak tangki, dan kasus kedua karena pendataan yang kurang tertata,
mengakibatkan kesalahan item tangki di PO. Mau bagaimana lagi, selain menerima
dengan lapangan. Anggap saja difasilitasi untuk tanning lebih lama, dan
untuk lebih mempermahir menaiki tangga vertical :D
Double panasnya : matahari dan batu bara |
Hari ke-tiga, yang dikerjakannya lebih menantang. Bukan karena panasnya tiga kali lipat dari hari pertama, tapi karena unit yang akan dikerjakannya adalah boiler. Area indoor, bebas dari panas matahari. Tapi berada di area boiler yang sedang di-overhoul sama saja panasnya. Panas dan bising. Belum lagi perjalanan menuju ke lokasi, yang harus menapaki tangga yang jumlahnya banyak. Belum lagi alas lantainya bukan beton, melainkan plat besi berrongga, yang bisa dengan jelas melihat keadaan di bawah, yang jaraknya sekian puluh meter itu. Sisi lainnya, nyatanya dipertemukan dengan pemandangan indah gradasi air laut.
Vitamin sea |
Istirahatlah, segala sesuatu tak harus direspon dengan cepat |
Semoga semua
mahluk penghuni semesta senantiasa berbahagia, dan hidup dalam keselarasan
serta keseimbangan.
Komentar
Posting Komentar