Untuk perusahaan yang berada di luar kota, ataupun yang berada di dalam kota tetapi namanya belum familiar—iya dong, Cilegon kan kota industri, gak salah kalau jumlah industrinya terus bertambah bersama jalannya waktu—maka menggunakan batuan maps adalah sebuah keharusan. Baik dengan cara mengetikkan namanya di maps, ataupun dari hasil sharelock dengan PICnya.
Secanggih apapun teknologi buatan manusia, ternyata masih ada deviasinya, jika tak mau menyebutnya erorr. Hilang sinyal sehingga membuat salah jalan, sudah sering terjadi. Rute jalannya diputar-putarkan, sering juga terjadi. Di tanah lapang, sering kali mendengarkan kalimat “anda telah sampai di tujuan”. Diminta berbelok ke kiri di saat tak ada jalan, juga sering terjadi. Tak jarang, GPS zaman now itu berakhir dengan GPS zaman old : Gunakan Penduduk Sekitar 😊😊
Apalagi jika kliennya adalah perusahaan jasa rental alat berat, lokasinya sering kali menguji nyali. Apalagi jika lokasi didapatkan dari operator dengan jalan sharelock. Yang sering kali tertemukan, operator mensharelock di saat tidak berada di lokasi kerjanya. Sehingga kalimat “anda sampai di tujuan” itu, ternyata tidak menemukan dengan alat berat yang akan dikerjakan.
Di tempat potong rambut. Di pasar. Di rumah
penduduk. Serta di berbagai tempat lain yang ternyata kosong dari keberadaan
alat berat. Jalan yang dilalui pun berupa-rupa, tak selalu mulus. Biasa diawali
dengan jalan beraspal yang lebar, lalu ke jalan yang berlubang, berganti jalan
berbatu, jalan sempit yang membuat galau saat berpapasan dengan mantan kendaraan
lain, dan diakhir dengan jalan sempit yang masih berupa tanah. Jangan ditanya
bagaimana keadaannya di saat musim hujan. Sedih kalau diceritakan ☹
Hari ini, kembali menangani alat beratnya perusahaan rental. Dari malam, sudah menyiapkan diri dengan rute perjalanan yang biasanya di luar ekspektasi. Apalagi perusahaan ini sering kali menyewakan alatnya di lokasi-lokasi yang sulit. Jauh iya, medannya pun menantang. Diberi clue, Pasar Cikande. Membuat saya berpikir, “ngapain excavator di pasar? Mengeruk sampah, kah?”
Sebelum berangkat, sharelock sudah diterima. Daerah Cikande bukanlah hal baru. Sudah hapal beberapa tempat. Tidak hanya di Kawasan industrinya, tetapi juga di luar Kawasan. Bukan hal yang sulit, bisa dibilang begitu.
Masuk ke pasar |
Memang tidak sulit, begitu yang terjadi. Apalagi saat diarahkan masuk ke dalam pasar. Iya kan cluenya memang di pasar. Tapi apa jadinya jika jalan di pasarnya sempit? Memang mobil bisa melaju, tapi kelajuannya bergerak pelan. Selain karena penuhnya lapak pedagang di kanan-kiri, juga banyak motor yang diparkir sembarang. Maju susah, mundur apalagi.
Ondel-ondel yang langsung meminggirkan posisi |
Puji Gusti, dipertemukan dengan orang-orang baik. Saat tahu kesulitan melaju, muncul juru parkir dadakan yang mengarahkan kelajuan, juga para pemilik motor yang langsung memperbaiki posisi parkir kendaraannya. Sehingga pelan tapi pasti, ketegangan berganti kelegaan karena bisa keluar dari pasar.
Maju susah, mundur lebih susah |
Setelah melewati jalan raya yang lumayan lebar, kembali diarahkan ke jalan sempit yang kanan kirinya adalah rumah penduduk, guna menuju ke Situ Ciherang : lokasi yang disharelock oleh operatornya. Kepala terus berisik, menanyakan apakah benar lokasinya, dan project apa yang sedang dikerjakan oleh excavator di lokasi Situ?
Ndleming di Situ Ciherang |
Sesamainya di Situ, lokasinya benar-benar bersih dari keberadaan excavator. Hanya ada seorang bapak yang sedang memancing, dan ada mobil warga yang diparkir sembarang. Sekecil-kecilnya excavator, gak mungkin gak terlihat keberadaannya. Menghubungi operator adalah Langkah selanjutnya. Langsung videocall menunjukkan lokasi.
“Loh itukan di Situ Ciherang?” kata beliau. Jadi ini gimana ya, memberikan lokasi tapi malah mempertanyakan sendiri? Cluenya ditambahkan, “di belakang pasar yang ada mobil L300 ya”. Karena gak mau salah jalan untuk yang kedua kalinya, tentu saja meminta sharelock ulang. Gusti…lokasi yang baru dibagikan ini, ternyata masih jauh dari lokasi yang ini. Kecurigaan muncul, lokasi yang dibagikan pertama kali itu adalah rumahnya, sehingga tak heran saat mempertanyakan “loh di Situ Ciherang?”
Mbokya bilang di Pasar Banjarsari, biar gak salah masuk pasar |
Kembali menempuh rute yang ditunjukkan oleh maps. Jalan lurus, belok kiri, belok kanan, hingga kembali masuk ke dalam pasar. Pasar Banjarsari, tepatnya. Keadaan pasar di mana-mana sama, jalannya kurang luas. Tapi beruntungnya, jalannya tak sepanjang jalan di pasar sebelumnya. Yang bisa dibilang kurang beruntungnya, di saat akan berbelok, pemilik kendaraan yang memarkirkan kendaraannya di sisi jalan, tak kunjung bergerak memperbaiki posisinya, padahal sudah tahu dan sudah diberitahu.
Akhirnya, di sebuah tanah lapang, yang di depannya ada warung makan—sebagaimana sesuai dengan clue operator—kami pun sampai dan menemukan excavator yang dituju. Sayangnya, medan untuk menuju area kerjanya tidaklah mudah. Kalau jauh dan harus berjalan kaki, seakan menjadi kebiasaannya anak lapangan. Tapi ini, jauh dan berjalan kaki di tanah merah yang basah dan berlumpur dengan kontur yang beragam, bukanlah pekerjaan mudah.
Berasa ikutan main Benteng Takeshi :D |
Meminta operator untuk memindahkan excavatornya ke lokasi yang tanahnya kering, di dekat warung makan, tapi operatornya menolak. Hanya bersedia meminggirkan di belakang rumah penduduk. Saat itu berucap pada Gusti, “Gusti…saya bolehkah pinjam sayap sebentar saja?” Ini sedikit lebih realis daripada meminta Doraemon untuk mengeluarkan baling-baling bambunya 😊 😊 😊
Pada akhirnya, menuju ke lokasi excavatornya. Risiko profesi, bisa dibilang begitu. Saya yang biasa jalan cepat, berjalan pelan-pelan dan penuh kehati-hatian. Yaps, JSAnya dipakai. Gak lucu kan kalau terjebur, apalagi tak pernah menyiapkan seperangkat baju ganti.
Dihadapkan dengan medan begitu, membuat keidealisan saya luntur seketika. Saya yang biasanya mengharuskan diri memotret alat dari keempat sisi, yang sampai menguprgade tool yang dilengkapi fitur wide angle, berganti menjadi memotret sisi yang bisa terjangkau saja. Tidak menyusahkan diri sendiri, menjadi point terpenting.
Dari banyaknya kejadian, saya menemukan ilmu. Manusia ini memang suka berbagi. Hal apapun ingin dibagikan, kalau bisa dengan sebanyak-banyaknya orang. Selain keinginan berbagi, kadang juga dituntut membagikan. Tuntutan yang kadang membuat membagikan di saat tidak ataupun belum siap. Parahnya, dituntut berbagi di saat tidak mau berbagi. Yang biasanya menyebabkan mau berbagi, karena disertai ancaman atau bahkan punishment.
Saat media komunikasi semakin berkembang, bahkan dilengkapi fitur berbagi lokasi terkini, tentu saja fitur ini dimanfaatkan keberadaannya. Selain untuk menemukan dengan mudah (melacak keberadaan), acapkali dipakai untuk membuktikan ucapan—mencocokkan keberadaannya antara pengakuan dengan realitasnya.
Penggunaan fitur ini memang mudah, cukup dilampirkan di chat dengan menekan satu tombol. Yang sering kali menjadi masalah, lokasinya langsung dibagikan di saat tidak berada di lokasi yang diminta untuk dibagikan. Meminta dibagikan lokasi pekerjaannya, malah dibagikan lokasi saat sedang berada di rumah, berada di warung makan, dan lain sebagainya. Hasilnya : menyusahkan orang yang mencarinya, yang dalam hal ini adalah anak lapangan. Apakah hal ini adalah sebuah kesengajaan, agar membuktikan ucapan orang-orang, bahwa pekerjaan anak lapangan adalah jalan-jalan? Iya jalan-jalan karena disasarkan oleh operator ☹ 😊
Pengalaman ini menghasilkan sebuah frase, “Berbagilah setelah sampai”. Bukan hanya dalam kasus berbagi lokasi pekerjaan setelah sampai di lokasi pekerjaannya saja, tetapi juga dalam banyak hal. Berbagilah tentang caranya memasak nasi setelah sampai pada keberhasilan memasak nasi dengan baik. Berbagilah tentang caranya bersepeda setelah sampai pada keberhasilan bersepeda. Berbagilah tentang kasih sayang setelah sampai pada kasih sayang. Berbagilah tentang cinta setelah sampai pada cinta. Berbagilah tentang hakikat setelah sampai pada hakikat. Berbagilah tentang makrifat setelah sampai pada makrifat.
Janganlan buru-buru berbagi di saat belum sampai. Apalagi berbagi karena tuntutan, ancama, apalagi hukuman. Sayangi dirimu dan orang-orang yang dibagikan ilmu yang belum sepenuhnya dikuasai. Yang belum sepenuhnya sampai. Jika diri belum sampai, bagaimana bisa memberikan petunjuk?
Semoga semua penghuni semesta senantiasa berbahagia, dan hidup dalam keselarasan serta keseimbangan.
Komentar
Posting Komentar