God's Plan

Saat area kerja di mall

 Sebagai mahasiswa yang baru saja dinyatakan lulus sidang skripsi, saya memohon kepada Gusti, agar ditempatkan bekerja di sebuah pabrik kimia. Pabrik apapun tak jadi masalah, asalkan pabrik kimia. Anak Teknik kimia, tentunya wajar berkeinginan bekerja di pabrik kimia. Tentu saja agar segala ilmu keteknikkimiaan yang sudah dipelajari selama 4,5 tahun, bisa diterapkan dan dicari kesesuaian antara teori serta penerapannya. Keinginan itu, tentunya membuat saya menaruh surat lamaran ke berbagai pabrik kimia yang banyak tersebar di Cilegon, Serang, bahkan Jakarta. Doa-doa terus dilafalkan.

Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Namun belum ada satu pun kata terima yang saya dapatkan. Panggilan test beberapa kali dijalani, juga interview, namun tak ada kabar lanjutan. Akhirnya pekerjaan apapun dijalani, walau tidak ada hubungannya dengan Teknik kimia. Prinsip “yang penting halal” itu yang diterapkan. Saya belajar dari nol, bahkan mempelajari hal yang tidak saya sukai, yang saya tak punya ketertarikan di dalamnya. Ibarat kata, sudah ditempatkan di laut, maka mau tak mau harus mulai belajar renang dan menyelam.

Tahun demi tahun pun berganti, hingga akhirnya di tepat 10 tahun setelah sidang skripsi (sama-sama di bulan februari, bahkan tanggalnya pun sama), saya dilamar untuk bekerja di sebuah perusahaan baru. Saya menjadi karyawan pertama dengan segala kebaruannya, dengan ketidakadaan pengalaman bahkan basic ilmunya. Training menjadi landasannya. Yang mengejutkan, justru ditraining di tempat yang sejak kecil begitu diinginkan untuk didatangi : Yogyakarta.

Benar apa yang dibilang seorang sepupu waktu itu, bahwa walaupun saya lulusan Teknik kimia dengan IPK yang lumayan, tapi karena status sebagai perempuan, akan membuat saya tak diterima di pabrik kimia.

Di tepi pantai

Ya, pada akhirnya saya memang tak bekerja di pabrik kimia, tapi nyatanya pekerjaan ini membawa saya masuk ke berbagai macam pabrik. Dari pabrik hulu ke hiir. Dari pabrik bahan baku, ke produk bahan jadi. Dari pabrik kimia, ke pabrik pengolahan makanan. Area kerjanya pun beragam. Dari project, gedung bertingkat, tambang, pabrik, persawahan, pegunungan, bahkan ke tengah lautan. Dari dalam kota, luar kota, bahkan ke provinsi tetangga. Melewati batas-batas kota, batas-batas provinsi, bahkan menyeberangi selat.

Akhirnya memakai seragam ini, walau cuma setengah hari 😀

Minggu lalu, mendapatkan undangan untuk bekerja di sebuah pabrik kimia, yang dulu pernah diincar. Peraturan di sana, semua vendor diwajibkan memakai seragam pabriknya. Dengan antusias saya memakainya, merasakan menjadi pekerjanya walau hanya setengah hari, walau yang dikerjakan tidak berhubungan dengan Teknik kimia. Memakai bajunya tanpa menaruh lamaran pekerjaan, bahkan diundang. Memakai bajunya tanpa menjalani serangkaian test. Saya terharu sendiri.

Saat area kerja di ketinggian, di tepi laut

Setelah menganalisa diri dan merenung, saya menyimpulkannya begini. Tentunya karena Gusti tahu bahwa saya senang belajar tapi tidak senang belajar hal yang sama di tempat yang sama dalam jangka waktu yang lama, maka saya diberikan pekerjaan ini, yang tak perlu membuat saya berdiam dalam jangka waktu yang lama di sebuah area kerja. Karena Gusti mengerti dan memahami bahwa saya senang berjalan-jalan dan belajar dari setiap perjalanannya, maka diberikanlah pekerjaan yang area kerjanya berpindah-pindah.

Beberapa bulan lalu, saat sedang bekerja di sebuah pabrik kimia—yang dulu pun pernah diincar—dipertemukan dengan teman kuliah, beda angkatan. Teman ini bercerita, walaupun bekerja di pabrik kimia, tapi tempat kerjanya di kantor mengerjakan administrasi perusahaan, yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Teknik kimia.

Pada akhirnya, bukan tentang apa pekerjaannya, sesuai atau tidak dengan basic keilmuan saat kuliah, tapi lebih kepada bagaimana belajar dan terus mengupgradediri terhadap ilmu dan keterampilan yang mendukung pekerjaan. Karena ilmu terus berkembang. Bukan tentang apa ilmunya, tapi bagaimana menerapkannya dalam kehidupan. Pada prinsip yang mendasari keilmuannya. Inti dalamnya.

Semoga semua mahluk penghuni semesta senantiasa berbahagia, dan hidup dalam keselarasan serta keseimbangan.


Komentar