Awalnya berjalan menyusuri tepi pantainya. Membiarkan kaki disentuh riak-riak kecil ombaknya. Ombak kecil yang datang menyambut, seperti seorang ibu menyambut anaknya yang sudah lama pergi dari rumah.
Dihadiahi awan yang mempesona |
Semakin lama, semakin asyik, semakin menyusuri pantainya, semakin membiarkan diri masuk ke dalam pantainya. Merasakan riaknya, ombaknya, deburnya, energinya, dan vibrasinya. Kesemua yang kembali menghadirkan rasa yang begitu dikenali, walau ingatan tak sekalipun memuncul dan sekilas gambaran pun tak dihadirkan.
Bebatuan yang kembali mengabarkan sebuah kisah |
Terpahami, bahwa tanah, air, dan bebatuan, memang merekam kejadian, yang tak lekang oleh waktu. Pun menyimpan rasa dan bahasa, yang akan disampaikan di waktu yang tepat. Hingga tanpa tersadari, bibir mengucapkan kata dan kalimat yang membuat diri terdiam. Hanya bisa bilang, "Gusti Ingkang Akaryo Jagat..."
Hai kamu. Iya, kamu. Yakin tidak mau secepatnya mengunjungi pantai seindah dan semenarik ini? Pantai yang jadi saksi dan menyaksikan sebuah masa di mana jiwa kecil bertumbuh indah bersama dengan kasih dan sebuah keyakinan menghujam, bahwa semesta akan senantiasa menautkan hati dan janji. Hingga ketika waktu memanggil untuk kembali, janji akan kebersamaan kembali ditautkan. Kebersamaan yang berharap akan direstui semesta.
Hai jiwa yang sudah berevolusi, sudah ingatkah akan masa itu? Adakah masa ini adalah waktu yang tepat untuk menepati janjinya, ataukah masih harus berproses demi menepatkan diri dan waktu?
Semoga semua mahluk penghuni semesta senantiasa berbahagia, dan hidup dalam keselarasan serta keseimbangan.
Kaki yang diizinkan kembali menyusuri pantainya |
Komentar
Posting Komentar