Penglihatan


Sewaktu kecil, berpemahaman bahwa : untuk melihat, yang dibutuhkan adalah mata. Maka jika ada yang tunanetra, tentu saja tak bisa melihat. Pemahaman itu dianut sekian lama, sampai ketika belajar tentang fisika. Pemahamannya berganti. Untuk melihat, yang dibutukan adalah cahaya. Ketika intensitas cahaya minimal, daya penglihatan menjadi menurun. Ketika cahaya tiada, gelap gulita, penglihatan menghilang. Butuh waktu sekian menit untuk bisa beradaptasi, hingga dalam gelap itu, penglihatan kembali pulih : penglihatan baru hasil adaptasi. 


Perjalanan terus membawa ke berbagai tempat dan kejadian. Memunculkan pengetahuan-pengetahuan baru, pun puzzle-puzzle cahaya, yang ketika dirangkai dan dikumpulkan, didapatkanlah sebuah ilmu, yang berperan memperbaharui pemahaman. Termasuk pemahaman tentang penglihatan.


Bahwa untuk melihat, yang dibutuhkan adalah izin-Nya. Ketika Ia mengizinkan untuk melihat--memperlihatkan, benda yang jauh sekalipun tentu saja bisa dilihat dengan jelas. Tapi ketika Ia tidak mengizinkan, benda yang letaknya ada di dekat diri, bisa jadi tak terlihat. Sehingga menyadari satu hal, "yang tak terlihat, belum tentu tak ada. yang terlihat, belum tentu nyata". 


Dulu-dulu itu, sering sekali menuliskan tentang penglihatan dan apa-apa saja yang dilihat--diperihatkan. Berbagi, itu kilahnya. Mungkin sebenarnya ingin memunjukkan sisi lain yang selama ini tidak dipandang atau luput dari pandangan banyak orang. Menjadi senang menulis dan menulis, hingga akhirnya lelah sendiri. Hasil pengihatannya tak juga mempengaruhi untuk mengetahui, mengerti, apalagi memahaminya, dan tak juga menarik untuk ikut serta melihatnya. Tak juga sama, dan akhirnya menyadari tak akan pernah bisa sama. 


Dua orang yang berada pada posisi yang sama, melihat pemandangan yang sama, nyatanya apa yang dilihatnya belum tentu sama. Karena dalam melihat, yang dibutuhkan bukan cuma mata, cahaya, dan izin-Nya, tetapi juga ilmu serta pemahaman. Penglihatan adalah pembacaan--dalam hal yang lain, maka tentu saja membacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Melihat--membaca segala ciptaan-Nya, yang tersirat maupun yang tersurat, sehingga semakin mendalami dan memahami eksistensi diri dalam semesta. Menjadi semakin bermanfaat, rahmatan lil alamin. 


Semoga semua mahluk penghuni semesta senantiasa berbahagia, dan hidup dalam keseimbangan serta keselarasan. 


  


 

 

Komentar

Posting Komentar