Setelah lama berperjalanan,
akhirnya tiba di tempat ini. Tempat yang sama seperti setahun yang lalu. Tempat
yang sebenarnya cukup indah, namun sayangnya seperti menyimpan banyak kisah
rahasia. Kisah yang mungkin akan terbuka, jika petunjuk awal itu dilakukan. Petunjuk
untuk menghubungi seseorang yang secara logika manusia, sungguh tak mungkin. Ranah
logika semesta, tak perlu dibahas.
Yang terjadi di tahun ini,
nyatanya tak jauh berbeda dengan tahun kemarin. Waktu dan saat perjalanannya,
juga kesan yang tertangkap di sepanjang perjalanannya. Tentang pergantian waktu
di saat berlabuh. Bahwa dengan perlabuhan yang direstui semesta itu, menjadi
sarana untuk kehadiran cahaya. Cahaya yang akan menerangi, membimbing, dan
menunjuki arah perjalanan, sehingga menjadi jiwa yang tenang, yang bisa kembali
dengan selamat dan diridhoi.
Tubuh baru saja memasuki daratannya,
ketika seseorang yang pernah dilihat itu, kembali hadir. Menyapa dengan ramah,
bertanya kabar, dan mendoakan dengan banyak kebaikan. Namun hal itu terasa menusuk,
manakala dilanjutkan dengan bertanya tentangnya. Tentangnya yang ternyata sudah
saya relakan ketidakterjadiannya, walau belum sepenuhnya dilepaskan dari ingatan.
Masih dipantau :D
Berdasarkan data dan fakta yang
tertemukan saat ini, melihat dan meneliti beragam kemungkinan, dengan segala
efek dan risikonya, saya mantapkan hati dan diri untuk merelakannya. Walaupun jika
dilihat dari data dan fakta sebelumnya, dari clue-clue yang saya dengarkan dari
banyak orang, dari maksud dan tujuan hidup, kemungkinan besar jawabannya adalah
dia. Namun nyatanya, saya tak mau memastikan sesuatu yang belum pasti. Apalagi kepastian
itu akan berpeluang besar dalam menjatuhkan diri ke jurang. Sudah pernah jatuh ke
jurang dalam, masa mau kembali jatuh? BODOH dong namanya.
Kamu, ya kamu. Apakah daratan ini
hanya merekam tentangmu dan saya adalah perekammu itu, sehingga beberapa orang
yang mendatangi, hanya bertanya tentangmu saja? Saya yang belum sepenuhnya
pulih pada tahap ingat-mengingat, tetapi enggan untuk mencari lebih dalam, apalagi
sudah menyadari diri untuk merelakan, tentu saja merasa terganggu. Terganggu dengan
pertanyaan-pertanyaan itu, yang seakan menarik kembali diri ini untuk menuju
pusaran rasa yang sudah sekuat tenaga saya tinggalkan.
Kamu, kenapa kamu yang lagi-lagi
ditanyakan di daratan ini? Kenapa pula mereka banyak berharap dan mendoakan
kita untuk kembali merendakan kisah lalu yang terjeda lautan luas. Sesuatu yang
bernama tugas dan kewajiban itu, adalah yang membawamu pergi mengarungi lautan
luas, menuju sebuah tempat yang asing bagi raga dan jiwamu. Sejenak sebelum
dirimu dijeda lautan, ikrar itu terucap, “jika kesempatan kali ini habis, maka
kesempatan selanjutnya ingin dimintakan kembali bersama.” Apakah saat ini
adalah kesempatan itu? Tapi daratan ini terjeda jauh dari daratan itu, dan
daratan ini bukanlah daratan di mana raga kita bertumbuh. Apakah daratan ini
adalah titik awalnya? Titik awal yang mengawali segala kebaruan, yang
sebenarnya hanya pengulangan dari segala yang sudah dijalani.
Semoga semua mahluk penghuni
semesta senantiasa berbahagia, dan hidup dalam keseimbangan dan keselarasan.
Komentar
Posting Komentar