Katanya, belum dikatakan sudah ke Bangka,
jika belum mengunjungi Museum Timah Indonesia (MTI). Maka ke Bangka kali kedua
ini, saya pun ke sana. Apalagi secara jarak, antara tempat kost dan MTI,
tidaklah jauh. Ke Bangka yang 22 jam perjalanan saja dilalui, masa untuk jarak
tempuh kurang dari 30 menit, tidak dilakoni?
Di halaman depan MTI, sebuah loko berdiri gagah. Loko ini adalah loko eks pembangkit listrik tambang darat, yang dibuat oleh Marshall Sons & Co Limited Gainsborough England, di tahun 1908. Selain loko, ada juga mangkok kapal keruk berbagai ukuran, yang tak hanya di letakkan di bagian depan, tetapi juga di sisi kiri MTI.
Memasuki MTI, langsung disambut dengan pillar yang didisplay dengan gambar Ir. Soekarno, dengan tulisan “Dari Yogyakarta… melangkah dengan penuh percaya diri.” Di sisi kanannya, terdapat meja resepsionis. Buku tamu wajib diisi. Sedangkan di sisi kirinya, terdapat replika prasasti batu kapur. Selain itu, ada juga tulisan tentang riwayat singkat MTI, dan geologi timah.
Pillar penyambut di depan pintu masuk |
Prasasti Batu Kapur |
Peralatan awal penambangan |
Dalam peradaban umat manusia, tentu saja timah mempunyai peranan. Mulai dari perhiasan, sampai ke peralatan yang dipakai sehari-hari, hingga akhirnya merambah ke bidang industri. Bagaimana peleburan timah dari era pra industri sampai jelang abad 21, tentu saja dijelaskan.
Rasanya tak elok jika hanya membahas
sejarah timah tanpa membahas sejarah Bangka, maka digambarkan pula tentang manuskrip
awal penulisan sejarah Bangka. Bahwa kata Bangka, berasal dari Bahasa
sansekerta : wangka (vanca),
yang berarti timah. Nama wangka ini muncul pertama kali bersama dengan nama swarnabhumi
dalam buku sastra India, Milindrapantha, yang ditulis pada abad ke 1 SM.
Aneka kain cual pun diperlihatkan. Kain cual adalah warisan dari Provinsi Bangka Belitung, yang awal mula ditenun di abad 17 di kota Muntok. Sayangnya penenunannya sempat terhenti sejak perang Eropa di tahun 1914. Ada 3 motif kain cual, yaitu : motif bebek, kupu-kupu, dan kembang gajah. Di bagian bawah kain, dilengkapi dengan filosofinya.
Kain cual, lengkap dengan makna filosofinya |
Sejarah lada putih Muntok |
Pada 1 Maret 1953, bangunan ini diambil
alih oleh PN. Tambang Timah Bangka (TTB)
dan dijadikan museum wisma budaya. Selanjutnya, museum wisma budaya
dikembangkan menjadi museum timah indonesia, pada awal tahun 1960. Di 20
September 2018, MTI Pangkalpinang mendapat penghargaan dari MURI, sebagai museum
timah pertama di Asia.
Kalau ke Bangka, jangan lupa mengunjungi MTI. Agar ke Bangka terasa lengkap, selengkap rasa masakan yang ditambahi lada. Agar mengalami sendiri memasuki MTI, bukan hanya membaca pengalaman orang lain.
Vibes bangunannya, yang terkenali |
Logo MTI di kanan pintu keluar |
Semoga semua mahluk penghuni semesta senantiasa berbahagia, dan hidup dalam keseimbangan serta keselarasan.
Si Pejalan Ramai 😊 |
27 November 2022, untuk 90 menit di 21 November itu.
Komentar
Posting Komentar