Semula ingin ke Pantai Tikus Mas, yang lokasinya di seberang Puri Tri Agung. Tetapi setelah dilihat dan ditimbang dengan seksama, peluang untuk bisa berenang dan mandinya sangat kecil, karena banyak bebatuan besar. Maka perjalanan pun dilanjutkan, semakin jauh dan jauh, melewati medan yang terjal, hingga akhirnya sampai di pantai Turun Aban.
Turun dari kendaraan, melihat hamparan
pantainya yang diapit dua rangkaian bebatuan di sisi kanan dan kirinya. Seperti
pintu gerbang. Tak hanya itu saja, batu-batu besar lainnya tersebar merata di
pantainya. Pemecah ombak alami, sehingga ombaknya tak begitu besar. Cocok untuk
berenang. Sekilas terpikir, bebatuannya sudah ada sejak zaman megalithikum. Bahkan
bisa lebih tua daripada itu.
Sedang asyik mengamati bebatuan, teman
mengajak menaikinya. Semula ragu. Bukan takut naiknya, takut ketinggiannya,
tapi justu takut turunnya. Ya, saya pernah jatuh berkali-kali sehingga menimbulkan
trauma. Trauma jatuh. Tapi karena semuanya naik, maka saya pun naik. Naiknya tanpa
kendala, walau tak begitu cepat karena terjalnya bebatuan. Paling nanti
dipikirkan bagaimana turunnya.
Duduk di bebatuan besar, di tepi pantai,
jelang sunset, apalagi yang dinikmati selain debur ombak berlatarkan senja yang
begitu mendamaikan. Melarutkan rasa dan jiwa. Begitu meditatif, sehingga
gejolak-gejolak rasa dan resah itu memudar, terlarut bersamaan dengan aliran
air yang menuju pantai, yang akhirnya mereda dipelukan butiran pasir.
Setelah cukup lama, waktu turun pun tiba. Saya
yang kembali terbuka kejadian terjatuh berkali-kali itu, harus menahan nafas
sesaat sebelum akhirnya berdoa untuk menenangkan diri. Seteah dirasa cukup,
perjuangan untuk turun pun dijalani. Puji Gusti, turunnya tak terkendala dan
selamat sampai di bawah.
Apa itu senja? Ada yang bilang, “10%nya
waktu dan 90%nya kenangan”. Bagi saya, senja adalah waktu yang mengarahkan
untuk kembali pulang. Waktu yang sama seperti saat memulai berperjalanan
menjelajah. Sebagaimana bangbang wetan. Warna dan nuansanya sama, hanya letak
kemunculannya saja yang berbeda. Perguliran waktu, nyatanya tak sepenuhnya bisa
mengubah kedalaman diri. Masih saja menjadi pemandang senja dan bulan.
Komentar
Posting Komentar