Finally... Belitung.

Akhrnya... setelah lima kali ke Bangka, berperjalanan ke Belitung juga. Jadi lengkaplah Bangka Belitung 😀Dijadwalkan pergi seorang diri, nanti di bandara, bertemu teman yang berangkat dari Bangka. Hanya pekerjaan satu alat, jadi cukup dua orang yang pergi. 

Dengan berdebar, perjalanannya dijalani. Ingin tahu bagaimana Belitung. Apakah sevulgar Jogja, yang langsung membuat menangis di kali pertama mendatangi, ataukah  semalu-malu kucing Bangka, yang membuka secara perlahan. I will see yaa..

21 Maret 2024, dengan SJ054, berperjalanan ke Belitung. Seat 8F itu terasa sangat memanjakan mata dan hati. Ketika pencinta awan disuguhi kumpulan awan, maka apalagi yang diinginkannya selain ingin semakin menyelami awan dengan segala makna dan rahasianya. 




Perjalanan 60 menit itu, sungguh sangat berkesan. Mata dan hati terpenuhi dahaganya. Walau di saat mendekati pulaunya, ada miris yang mengiris. Melihat lubang-lubang menganga. Sisa dari sesuatu yang diambil paksa dan ditinggalkan begitu saja. 

Puji Gusti, safety landing. Masih juga dibersamai dengan lukisan indahnya awan. Walau disambut terik yang begitu menyenangat, namun terbayar dengan keindahannya. TJQ, akhirnya sampai juga di sini. Setelah lama memimpikannya. Mimpi karena apa? Entahlah. Mungkin karena tertarik akibat membaca Laskar Pelangi. 

Karena penerbangan dari Bangka di jam 15:00, maka punya beberapa jam untuk menunggu. Apalagi yang dilakukan, jika bukan membaca buku? Pertama tentu saja keliling bandara, tapi ternyata tak perlu waktu lama untuk melakukannya. Ukurannya yang mungil, tak membuat lelah dan tak memerlukan waktu lama. 


Hingga akhirnya, yang ditunggu pun tiba. Lalu perjalanan dilanjutkan ke penginapan. Sedikit terkejut ketika sampai di sana. Semacam kebetulan yang sudah digariskan semesta, atau pikiran ini yang mencoba merangkaikan apa yang terjadi. Ketika buku-buku yang sebelumnya dibaca menceritakan tentang Mataram dan sedang membaca Arya Penangsang, hotel yang didatangi justru Hotel Martani. Tentu saja ingatan langsung tertuju pada Ki Juru Martani, patih pertama Mataram. Hanya bisa berkata lirih, "Pelajaran apa yang ingin Gusti sampaikan dari perjalanan ini?"  

Apa lagi yang bisa dilakukan selain menikmati? Maka itulah yang dilakukan. Menikmati pusat kota Belitung di malam hari, dengan segala keramaian dan kehebohannya, maklum bertepatan dengan Ramadhan. Satu-satunya kota yang mempunyai pantai. Kota yang membuat jatuh hati, walau harus tetap berhati-hati, apalagi jika menyangkut hati. 

Terima kasih Belitung, untuk perjumpaan pertama yang hanya terisi dengan diam. Mungkin diminta meneliti terlebih dahulu, sebelum ditunjukkan hal-hal yang akan mengejutkan, namun berperan dalam menerangkan dan memahamkan kenapa kesempatan memanggil untuk mendatangi. 



Semoga semua mahluk penghuni semesta senantiasa berbahagia, dan hidup dalam keselarasan serta keseimbangan. 



Komentar