Merapi

Dari Dieng, perjalanan dilanjutkan ke arah Timur, menuju penginapan di Jogjakarta. Esoknya, akan menuju ke Merapi, menjalani serangkaian wisata Lava Tour Merapi.

Di basecamp, bus berganti jeep, dengan kapasitas 5 orang. 4 penumpang dan 1 driver. Ndilallah, kok dapat jeep warna hijau. Sebelum memasuki jeep, semua sudah memakai jas hujan. Maklum akan ada acara basah-basahan. Sementara saya, tetap setia dengan jacket running hijau stabilo. Tak beranjak membeli jas hujan, toh jacketnya waterproof. Aman. 


Perjalanan dimulai. Jalan yang tak begitu luas, dengan pepohonan di kanan kiri. Jalan berkelok khas pegunungan dengan elevasi yang naik turun berbatu. Pantas harus memakai helm, agar menghindari benturan dengan tiang-tiang jeep. Safety first


1. Museum Sisa Hartaku 

Museum ini menyimpan sisa-sisa letusan Gunung Merapi tahun 2010. Museum yang dulunya adalah rumah warga ini, menyimpan banyak barang koleksi. Mulai dari koleksi peralatan rumah tangga, hingga kerangka hewan-hewan ternak. Gelombang kesedihan menyambut di depan pintu. Semakin masuk ke dalam museum dan melihat-lihat isinya, kesedihannya terasa semakin mencekam. Hingga cepat-cepat menyudahi kunjungannya. 

Tak ada keinginan untuk mengambil foto bagian dalamnya, hanya melihat-lihat saja. Itupun sudah lebih dari cukup. Tak ada larangan untuk mengambil foto, kecuali di sebuah kamar yang tertutup. Entah kenapa ada larangan seperti itu. Tapi nyatanya, walaupun sudah ada larangan, tetap saja ada yang mengambil foto dan malah banyak yang membuat video. Sepertinya banyak yang menjadi conten creator

2. Batu Alien 











Dari Museum, perjalanan diteruskan menuju ke atas, ke Batu Alien. Di tempat ini, terdapat banyak batu berukuran besar, yang merupakan letusan Gunung Merapi. Pemandangan alamnya tentu saja sangat menarik. Apalagi jika berkunjung di saat cuacanya cerah. Puncak Merapi terlihat indah dan gagah, dengan kumpulan awan yang menghiasi puncaknya. Selain itu, terdapat banyak spot foto. Silakan berkeliling sepuasnya, secapeknya.  

3. Lava Tour 


Setelahnya, perjalanan dilanjutkan semakin ke atas. Jalan berkelok, menjadi hal yang biasa. Elevasi yang tak sama, semakin menanjak, berbatu-batu, adalah hal yang harus dilalui. Hingga akhirnya sampai pada sebuah  tanah lapang yang elevasinya lebih rendah dari sekitar, yang tentu saja tergenang air. Tak hanya itu, ditambah juga jalur air dari atas, agar efek basahnya semakin merata. Tidak hanya terciprat dari samping, tapi juga dari sisi atas. 

Terima kasih Merapi, untuk semua pengalamannya. Sampai jumpa lagi di waktu mendatang. 

Semoga semua mahluk penghuni semesta senantiasa berbahagia, dan hidup dalam keselarasan serta keseimbangan. 












Komentar