Pagi dan Senja, Sama Indahnya.


Duduk manis, mempersiapkan diri.
Pengalaman pertama kali naik pesawat , saat ke Jogja, di kala senja. Duduk di dekat jendela, menyaksikan bagaimana pergantian warna awan dan langit, bagi pencinta senja dan awan, adalah suatu pengalaman yang begitu amat sangat berkesan. Sangat membekas di hati, dengan begitu dalam. 

Pengalaman yang indah itu, tentu saja ingin kembali dialami saat naik pesawat. Maka ketika ada kerjaan di luar pulau, langsung request terbang saat sore. Walau ada drama, yang berujung delay, Puji Gusti akhirnya mengalaminya juga. Tiga bulan setelahnya, pekerjaan di tempat yang sama kembali datang. Naik pesawat lagi dan tentu saja request terbang sore. Penerbangan paling sore di pukul 16:30. Dengan waktu terbang selama 70 menit, memang belum bisa menyaksikan perubahan warna awan dan langit yang begitu signifikan, namun peluang delay itu cukup besar. 


Sepertinya semesta ingin memberikan pengalaman lain. Segala yang mendadak itu, walau sudah diantisipasi dengan persiapan yang cepat, namun ternyata ada faktor yang menghambat. Jadilah datang di saat jam keberangkatannya, di saat pesawat tanpa delay, ya sudah....ditinggal pesawat. Puji Gusti, sebelum turun itu meminta teman menunggu sampai selesai boarding, dengan asumsi pesawat tanpa delay. Kok ya beneran. Tapi ini menjadi sejarah, selama beberapa kali memakai maskapai ini, baru sekarang tanpa delay


Mulai berjalan

Sudah akan pulang, dan besok kembali lagi. Tapi teman menyarankan untuk menginap saja di hotel. Pertimbangan jarak dan waktu. Setelah mencari dan akan menuju lokasi di 2D, ternyata pesawatnya di terminal 3. Searching lagi. Berperjalanan lagi. Jalan yang banyak cabang, maps yang sedikit ribed, akhirnya keluar dari area bandara. Semakin jauh dari tujuan.  Ternyata untuk berputarnya tidak cepat. Jarak yang jauh, waktu yang lama, memang harus banyak belajar bersabar. Setelah berperjalanan cukup lama, akhirnya sampai juga. Digital Airport Hotel terminal 3, ternyata berada di gedung parkir domestik. 

Long story short..... 

Saat duduk manis di ruang tunggu, terpikir membuka ponsel untuk melihat screen shoot boarding pass. Terkejut sendiri. karena mendapatkan kursi 23F. Senang, tentu saja. Bisa puas melihat dan memperhatikan pemandangan awan dan langit. 

Gate dibuka, pukul 06: 30, 30 menit sebelum jadwal keberangkatan. Berjalan riang melewati koridor tambahan, menuju pesawat. Disapa ramah pramugari, menuju kursi yang dituju, dan langsung duduk manis. Safety belt dipasang, dan mempersiapkan diri untuk menyaksikan pemandangan yang disuguhkan. Tak berniat mengajak teman seperjalanan--seorang bapak--berbicara dan semoga tak diajak berbicara, agar puas menyaksikan. 

Mesin mulai dinyalakan, setelah cukup lama, pesawat mulai melaju. Berjalan pelan menyusuri landasan, lantas lajunya mulai cepat memutari landasan, hingga akhirnya lepas landas. Pandangan tetap di sebelah kanan, melihat hal-hal di luar jendela. Berawal dari bangunan-bangunan yang mulai nampak atapnya, mengecil, hingga lanskapnya terlihat jelas. Sungai yang besar. Laut yang membentang luas. Indah...


Langit masih didominasi warna putih. Awan-awan berkumpul, menghalangi pancaran panasnya sinar matahari. Dataran mulai menghangat, setelah sebelumnya didinginkan embun. Sepertinya ketinggian pesawat bertambah, karena gerakan naiknya terasa. Pemandangan berubah. Langit biru terlihat indah memesona. Kumpulan awan memedar. Yang nampak hanya awan-awan kecil, dengan jarak yang berjauhan.  

Masih terus memperhatikan dalam diam. Takjub dan syukur, berkumpul jadi satu. Dalam diam itu, mulai merenung. Merenungkan kejadian hari ini dan hari sebelumnya. Mengumpulkan data dan faktanya, untuk mencari tahu apa rahasia di baliknya. Maa khalaqta hadza bathilaa, itulah kalimat yang dijadikan pegangan selama bertahun-tahun, sehingga ketika ketidakbaikan terjadi, pelan-pelan diterima dan dicari tahu rahasia dan makna di baliknya. 


Karena datang mepet, berkonsekuensi ditinggal pesawat. Hikmahnya, diberi pengalaman merasakan menginap di hotel kapsul, walau dengan merasakan vibrasi yang aneh dan mengguncang. Hikmah lanjutnya, jadi mengalami first flight, disuguhi pemandangan langit dan awan saat pagi hari. Awan dan langit yang indah dan tak kalah memesona. Saya yang penyuka senja, disadarkan akan fakta yang terlihat. Kala menyaksikannya, seperti Gusti sedang berbisik mesra, "Neng... pemandangan awan dan langit di pagi hari itu, sama indah dan memesonanya dengan pemandangan awan dan langit di sore hari. Lagipula, katanya, yang dipahami adalah maknanya, lalu kenapa masih melihat dan membedakan rupa?" Kepala terasa diketuk, atau dibelai lembut dengan sedikit tekanan di pusat-pusat syaraf. Hanya bisa berkata, "Matur sembah nuwun Gusti. Maafkan saya yang masih juga belum utuh menerapkan apa yang sudah ditemukan." 

Pengumuman terdengar, menyadarkan dari lamunan. Sekian belas menit lagi pesawat akan mendarat. Perenungan, melamun, pun disudahi. Vibrasi aneh yang terasa saat di hotel, kembali terasa. Kembali menenangkan hati. Membisikkan dan menguatkan diri, bahwa apapun yang akan ditemui dan dialami, pasti ada hikmah dan manfaatnya, pun tentu saja ada tujuannya. 

Semoga semua mahluk penghuni semesta senantiasa berbahagia, dan hidup dalam keseimbangan serta keselarasan.

Komentar